Efek Samping Jangka Panjang Pil Aborsi

Pil Aborsi
Pil aborsi sering diresepkan untuk wanita yang ingin mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun jarang, obat aborsi dapat menyebabkan efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan.

Pil aborsi atau yang juga dikenal dengan mifepristone biasanya digunakan untuk menggugurkan kandungan dan dapat digunakan sampai minggu kesembilan kehamilan.

Dilansir dari Ehow, Jumat (1/10/2010), ada efek jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan obat ini, tapi yang lebih berbahaya adalah efek jangka panjang, antara lain:

1. Pendarahan yang berkepanjangan

Memang normal bila terjadi perdarahan pada vagina ketika mengonsumsi pil aborsi karena merupakan bagian proses dari pembuangan embrio.

Tapi hal tersebut menjadi tidak normal ketika pendarahan berlanjut hingga jangka waktu lama. Hal ini bisa berlanjut hingga 12 hari, bahkan pada beberapa wanita sampai 6 minggu.

2. Kehamilan ektopik

Dalam kasus yang jarang terjadi seperti kehamilan ektopik (kehamilan terjadi di saluran tuba), pil aborsi bisa mengakibatkan kematian.

Pil aborsi yang dikonsumsi wanita dengan kehamilan ektopik bisa menyebabkan saluran tuba pecah. Jika saluran tuba pecah dan tidak diperbaiki dalam waktu singkat, hasilnya bisa berakibat fatal dan mengancam kehidupan pasien.

3. Aborsi tidak sempurna

Ada kasus aborsi tidak sempurna dalam 5 sampai 15 persen dari kasus pil aborsi. Jika pil gagal menggugurkan embrio, maka pasien harus segera dioperasi. Dan dengan operasi, maka ada risiko besar mengintai seperti komplikasi dengan anestesi yang dapat menyebabkan kematian.

4. Peradangan panggul

Dalam waktu empat minggu aborsi, 5 persen wanita tertular penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease atau PID). Efek jangka panjang dari PID seperti nyeri panggul kronis, risiko kehamilan ektopik, masa depan kesuburan menyakitkan dan berkurang. Kemungkinan seorang wanita mendapatkan PID setelah aborsi jika menderita klamidia.

5. Efek samping psikologis

Efek samping pil aborsi yang lebih umum adalah depresi dan rasa sakit emosional lainnya. 40 persen wanita yang melakukan aborsi mengklaim mengalami masalah emosional parah.

Masalah-masalah ini berkisar dari depresi, penyalahgunaan obat dan sering berpikiran bunuh diri. Studi ini menemukan bahwa sangat jarang wanita yang memiliki pikiran positif secara keseluruhan setelah aborsi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar