Kaltum Adam dan Edmond Edi-Osagie dari Mary's Hospital menuturkan sekitar 20 persen dari seluruh kehamilan yang ada terancam keguguran, dan 1 dari 5 kehamilan mengalami keguguran.
"Penelitian ini menawari kami alat yang bisa digunakan untuk mulai mencoba menyelamatkan kehamilan yang terancam keguguran," ujar Adam, seperti dikutip dari Medindia, Jumat (5/8/2011).
Studi ini melibatkan 112 perempuan yang berisiko keguguran pada tahun 2009 dan 2010. Faktor-faktor risiko dari keguguran seperti sejarah subfertilitas, tingkat progesteron, tingkat hormon hCG (human chorionic gonadotropin, yang diproduksi selama kehamilan), panjang janin, seberapa banyak perdarahan yang terjadi serta usia kehamilan bayi.
Akhirnya para dokter menemukan gabungan dari 2 faktor yaitu jumlah perdarahan dan tingkat hCG tertentu bisa digunakan untuk memprediksi keguguran. Model ini disebut dengan Pregnancy Viability Index (PVI).
"Apa yang telah kami lakukan di sini adalah mencoba menggabungkan beberapa biomarker yang tersedia sehingga bisa memprediksi hasil dari kehamilan seperti keguguran," ujar Adam.
Dalam sampel yang diteliti, PVI mampu secara akurat menentukan hasil kehamilan pada 94 persen perempuan yang melahirkan dan memprediksi 71 kasus keguguran yang terjadi.
Adam berharap dengan mengidentifikasi faktor-faktor ini bisa memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai ancaman keguguran dan merancang intervensi yang lebih efektif untuk menyelamatkan kehamilan. Hal ini diungkapkan pada acara konferensi tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) di Stockholm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar